Kamis, 25 Juni 2020

Sebilah Senja Pisahkan Hidup dan Mati

Senandung kokok ayam memulai pagi, pesan dari penguasa alam bahwa hidup sebatas waktu. Terusik aku, karena niatku untuk bangun begitu mendengar kicau indah suara mercu suar pagi. Seolah mengabarkan sang pencatat amal akan turun dan naik bergantian. Aku menahan rasa kantuk ku, bangkit menuju air yang jernih di pagi hari.

Ku buka kran air dan ku kucurkan hasil minumku semalam, serasa tak kuat menahan. Air toilet yang jernih berubah menjadi keruh dengan warna kuning. Begitu selesai, ku tekan jalur buangnya, agar air yang jernih menyiramnya. Ku tengok ke atas kulihat langit masih menghitam pudar. Ku bersihkan badanku dan perlahan ku basuh dengan seksama bagian mukaku.

Perlahan-lahan, rasa kantuk yang kuat ku coba hikangkan dengan mengambil air dan mulai berkumur. Ku sibakkan lengan bajuku, kuambil lebih banyak air jernih itu. Ku usapkan ke muka dan menepiskan rasa kantukku yang mengendap di mataku. Ku lanjutkan dengan mengusap kedua tanganku dan membasahi kepalaku. Ku putarkan kedua tanganku ke bagian kedua telingaku secara bersamaan. Ku tutup dengan merasakan segarnya air jernih yang mengalir di kedua kakiku secara bergantian.

Sang penguasa alam, memanggil dan menyerukan di dalam kepalaku segeralah-segeralah. 4 kali sujudku menutup pagi ini dengan kesedihan yang luar biasa yang coba ku utarakan pada-Nya. Ijinkan aku kembali dengan Rahmat-Mu berkumpul dengan kedua orang tuaku, Istriku dan anak-turunku. Jiwa yang terbelah tak karuan yang diragu-ragukan lawan Hidup memekikan kalimat pergilah jangan ganggu Aku untuk bersimpuh kepada-Nya.

Kala itu, suara panggilan sangat kuat, memberi tanda perpisahan, ku tengok langit mulai menggelap. Tak terbayangkan sosok yang senantiasa memberikan arti dalam hidupku, lepas pergi, Mati memanggilnya. Setelahnya aku berharap cemas agar bisa melihat sosoknya untuk terakhir kali, tapi sayang kabar itu terlambat disampaikan....lukaku masih ternganga, jumpa mu adalah harapan sirna.

Seolah hidup berdekatan dengan kematian. Setiap waktu tidak ada yang tahu kapan waktunya. Senja kala itu memisahkan aku dengannya dan menyisakan jalan yang tak sedikit. Penciptaku, maafkan aku, buatlah aku ikhlas melepasnya.

Tidak ada komentar: