Rabu, 13 Juni 2018

Ramadhan di negeri Seberang

Tahun ini untuk pertama kalinya, aku menjalani puasa ramdhan tidak bersama dengan istriku dan anak-anakku. Dan kudengar dari bunda anak-anak bahwa tahun ini juga mas Ali mulai debutnya berpuasa Ramadhan, meskipun hanya sampai bedug. "Ayah sangat senang mendengarnya Li!". Mas Ali, ingin sekali ayah memelukmu. Ayah tahu dari bunda mas Ali tetap puasa, meski sedang trasnfusi ayah bangga sekali, "Kelak, Jadilah ulama' ya Le!"

Serasa berat menjalani di negeri seberang, tatkala dulu bisa membaca al-qur'an minimal separuh Al-Qur'an sekarang susah sekali untuk melaksanakan itu. Bahkan sebagian ummat muslim disini, yang bekerja di negeri ini, kesusahan menjalankan puasa ramadhan sepenuhnya. Sebagian besar, mengupayakan bisa penuh puasanya. Alhamdulillah Allah masih memberi kesempatan padaku untuk bisa menjalankan ibadah puasa penuh. Dengan segala tantangan disini, ya kurang lebih 16 jam waktu puasa, tidak adanya pengurangan waktu kerja, tetap menjalankan aktivitas seperti sebelumnya, dan sebagainya, yang mungkin tiap orang mengalami keadaan yang berbeda.

Sayang aku menjumpai 1 atau 2 orang Indonesia yang pada akhirnya melepaskan dirinya ke dalam neraka, tidak lagi sholat, puasa, zakat, ataupun beriman kepada ALLAH. Bergaul dengan orang yang salah, hingga akhirnya lupa dengan orang tua, keluarga di Indonesia. Ya Allah aku berlindung kepadamu dari buruknya pergaulan dan dari jeleknya akhlak di negeri yang asing ini. Tetapkanlah imanku seperti sedia kala, tambahkanlah keimanan selama aku disini. Amiin.