Sabtu, 12 November 2016

Hikmah Perjalanan Hidup

Sebuah lajur kehidupan yang dikatakan tepat sebenarnya tidak ada. Persepsi memunculkan dugaan dan hipotesa masing-masing akal dan pikiran manusia ke arah yang berbeda-beda. Kekuatan untuk bersepakat diantara manusia-lah yang akhirnya menyatukan ke semuanya. Anehnya kecenderungan keturunan berikutnya selalu salah mengira karena tidak pernah asal-usul dari sesuatu mufakat itu tercipta atau dibuat.

Satu contoh adalah sekolah atau kuliah atau suatu sistem pengajaran tentang ilmu. Pertanyaannya kenapa harus sekolah atau kuliah? Jawabnya bisa beragam salah satunya adalah mencari Ilmu. Saya katakan itu kebohongan yang dibuat untuk menipu diri sendiri untuk menutupi tujuan sebenarnya, ya, to get money. Hal itu sebenarnya mudah dikatakan tapi sulit sekali untuk mengatakannya. Beberapa orang mengatakan harus ada sekolah untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas. Sementara, fakta terkait tentang sekolah bahwa semua orang yang lulus dan mendapat ijazah berarti diakui dia berpendidikan atau memiliki derajat setingkat dengan pendidikan yang ia tempuh. Tujuan asli dari sekolah adalah anda diminta lulus entah dengan membayar cash atau dengan beasiswa itu terserah anda, apakah anda dapat ilmu setelahnya dan bisa menggunakan  keilmuan tersebut atau tidak, sungguh tidak ada garansi atas hal tersebut.

Bukankah mencari Ilmu bisa diperoleh dimanapun anda berada?! Bukankah prioritas pencarian Ilmu hakiki-nya ada?! Bila memang cukup sekolah tinggi atau ijazah untuk menentukan keilmuan atau kepandaian seseorang tentu bisa saja orang yang bersekolah dengan yang tertulis namanya di ijazah adalah orang yang berbeda tapi diakui pendidikannya setingkat ijazah yang diperoleh, maka apa guna ijazah yang didapatkan kalau hanya memiliki ijazah tersebut tanpa mengerti ilmu sebagai pertanggungjawaban dari ijazah tersebut. Artinya tujuan sekolah menjadikan orang berilmu menjadi salah. Ijazah bak barang gadai yang dilelang asalkan memenangkan lelang tersebut dengan dominasi uang yang banyak maka dia jadi pemenang.

Banyak teman dan rekan sejawat salah mengartikan tujuan sekolah, sehingga tersesat dalam kondisi dunia yang selalu menuntut seseorang untuk menempatkan "mencari uang" sebagai kegiatan prioritas hidup seseorang. Keanehan terjadi ketika orang tersebut beragama tapi segenap waktunya memprioritaskan hanya untuk mencari uang, uang dan uang. Baru ingat kalau punya setelah ajal akan menjemput, serius itu aneh.. Dan masih banyak orang dibingungkan dengan kehidupan di dunia ini. Ingatlah...Tujuan kita hidup didunia ini untuk mempersiapkan segala sesuatu yang pasti terjadi setelah mati...Believe it or not, I'm sure all mankind and creature that has life would be died. Kenapa kita tidak sempat untuk mengajarkan pada anak turun kita bahwasanya hidup adalah sebanyak-banyaknya bekal yang akan kita bawa untuk mati, bukan harta, tahta ataupun kembang dan pemanis dunia yang akan kita bawa mati. Semoga kita sadar bekal apa yang harus kita bawa untuk mati nanti.