Kamis, 08 Maret 2018

Ali kau harus hidup nak...

Kali ini, benar-benar sebuah prahara. Prahara hidup dalam kegalauan yang tak pernah ku rasakan sebelumnya. Ketika teringat pertanyaan mertua ku "Bagaimana masa depan Ali nanti?" seolah semua yang diatas kembali ke daratan. Apalagi bila aku jauh, tidak lagi dekat dengan Bunda dan Anak-anak, khususnya Ali, lalu Bunda bilang "Ayah dokter SS tidak ada sampai minggu depan, padahal sudah waktunya ambil vitamin merah!", seolah dunia begitu gelap, serasa ingin pulang dan mencarikan jalan keluar untuk mereka. Tapi aku hanya bisa berdoa untuk mereka.

Ya ALLAH KUATKAN HATI MEREKA,
Ya ALLAH TEGUHKANLAH HATI MEREKA,
JAGALAH MEREKA DAN BERI KESEHATAN UNTUK MEREKA SEMUA.

Pintu hatiku goyang, walaupun harus dikarantina karena salah diagnosis, aku harus segera bangkit dan menerjang ombak kembali. Walaupun luka belum sembuh, Ayah akan berdiri untuk mu Nak. Berjuang, berjuang dengan penuh pengorbanan, semoga mengantarkan lebih dekat dengan kesembuhanmu Ali.

Doakan Ayah disini, dan tetaplah bertahan hidup kejarlah hal yang tidak mungkin, dan Yakinkan Kau bisa mencapai nya, Percayalah! Tidak ada hal yang tidak mungkin bagi ALLAH Nak. Doa Ayah selalu untuk mu, adikmu dan bunda yang disana. I Love U all.

Sebuah Kegilaan di Negeri yang Asing

Aku adalah lelaki Gila, entah sampai kapan kegilaan ku ini berhenti (mungkin ketika ajalku tiba). Ada wanita yang ingin kutemui tapi aku selalu takut menemuinya. Dia sekarang Janda memiliki 1 anak dari mendiang suaminya. Seolah berita ini yang menjadi kegilaan di kepalaku.

Yah, emang benar sebuah kebenaran selalu muncul dari hati. Wanita itu selalu saja hidup dalam cita-citaku, hampir setiap waktu sejak aku kecil, aku yang miskin, dekil, tidak punya masa depan(kata tetangga sebelahku), g mungkin sekolah tinggi, g mungkin lulus sarjana, master dan bahkan doctoral (it's impossible they said), harus terkapar di negeri antah berantah untuk berjuang mendapatkan gelar Doktor dengan beasiswa dari luar negeri yang susah payah didapatkan sampai berendam dengan keringat, air mata dan darah. Bagiku ini sebuah kegilaan....yang luar biasa dan puncaknya AKU adalah Penakut yang Gila menelanjangi bulat-bulat mimpi yang tak mungkin kata mereka, dan mengalahkan satu orang yang cukup terkenal di dunia kecilku dulu. Ya Dia itulah Wanita yang bergelar Janda dan bekerja di sebuah instansi ternama di negaraku lulusan S2 Master dari Brussel dengan beasiswa dari negaraku sendiri.

Kenapa? Aku tidak mengerti buatku jalanku ini adalah jalan terjal yang diciptakan oleh Ayahku yang selalu mengadukan kepalaku dengan kepala wanita janda ini. Dia begitu kaya dan berkecukupan, Apa kata Ayahku "Budhal lho sekolah le, kalahna cah wedok kuwi, mosok kalah karo cah wedok", sambil berangkat sekolah ku pegang perutku erat-erat tanpa sarapan pagi aku harus bisa mengalahkan wanita janda itu.

Apakah Aku Gila ataukah aku Sedang Sial?, yah, ini perjalanan paling Gila yang harus ku lewati, menjadi harapan satu-satunya keluarga yang harus memikul beranda dengan orang-orang yang malas berpikir dan belajar, bahkan ayahku sendiri tak pernah mikirin bagaimana cell, DNA atau mRNA itu bergulir didalam tubuhnya. Justru yang ku ingat ketika perpisahan, waktu aku pamit (anaknya berharap doa dan keselamatan), ayahku justru bilang kalau pacarnya dulu minta dinikahi (Ya ALLAH!!!! apa-apaan ini) kata Ayahku "Loh iku no wis Padamu"...hadeuh orang tua yang benar-benar Gila Yang ketika aku kecil selalu bilang "Sekolaha le mben awakmu pinter, sugih isa milih wong wadon sing kok karepne". Demi memenuhi kebutuhan dan mencapai prestasi, anakmu ini abis-abisan untuk belajar bahkan menjadikan hal yang dulu dikatakan tidak mungkin menjadi mungkin.

Kenyataannya? aku bersimbah darah disini tak ada yang tahu dan hanya rasa sakit yang luar biasa ku diamkan membisu, Gilanya aku tetap bertahan Karena Wanita yang melahirkanku, Wanita Janda ini,  Wanita yang ku Cinta dan Pernah mencintaiku dengan tulus (melewati hidupku begitu saja), dan Wanita yang menjadi Pendamping hidupku dan mencintaiku dengan sepenuh hatinya.

Aku tak bisa mewujudkan bagian terakhir dari keinginanku, bertemu wanita janda ini dengan meneggakkan kepalaku, toh hanya bersembunyi, mencari rekam jejaknya bila ada yang tertinggal, dan memekikkan kata aku yang kalah, miskin, jelek, dekil dan yang selalu kau hina dulu bisa melampaui batasan yang tercipta manakala aku masih kecil dan bermain denganmu. Tapi akulah lelaki gila yang memikirkanmu untuk selalu mengalahkanmu wahai Wanita Janda yang Hebat....semoga kau dan anakmu selalu sehat. Dan Semoga untuk terakhir kali Allah menyempatkan kita bertemu sebagai rekan, teman sejawat yang sejajar saling membantu, bukan seperti kecil kita dulu yang dirimu selalu berada di atasku dan menindihkan perihnya jeritan hatiku.

Good Luck....semoga kita masih bisa bertemu Dian....

Rabu, 07 Maret 2018

Di Negeri yang Asing

Sudah 1 minggu lebih aku disini, tapi perasaan takut dan bingung bercampur aduk. Anak-anak dan Istri yang kutinggalkan, terasa lebih untuk aku rindukan. Selama ini, aku belum pernah jauh dari mereka. Seperti Ibu Almarhum, ketika aku harus pergi ke tempat yang tak ku kenal tapi masih di negeri sendiri aku merasa kuat, karena keyakinanku pada mu Ibu. Kali ini aku telah menjadi seorang Ayah dan harus berjuang dinegeri yang benar-benar asing untukku. Bahasa, adat, dan budaya semua berbeda, mengingat pertama kali aku datang dengan kondisi sakit, tanpa ada perawatan untuk mengobatinya dengan benar, aku di karantina di tempat tinggal sejenis kost-an mahasiswa.

Aku berjuang sendiri, Istriku juga berjuang sendiri disana, berusaha mengasuh kedua anak yang hebat. Hari ini, ia letih sehingga aku tidak bisa menelepon atau berkomunikasi terlalu lama. Ya, aku rindu sekali dengan negaraku dengan makanan yang sering tersedia dan halal untuk kami makan. Aku sedih sekali hari ini tak bisa menyapa anak-anakku sebelum tidur. Istriku dan anak-anak sudah tidur terlebih dahulu.

Kesibukan kuliah justru membuat perasaan rindu tidak henti-hentinya. Sampai kapan aku mampu bertahan dan bisa lolos dari sini dengan membawa gelar yang sangat diimpikan oleh Istriku agar mimpi kami selanjutnya supaya tidak tinggal dalam keadaan yang berat bisa terwujud. Sampai tulisan ini aku tulis masih terbayang bahwa kami belum punya rumah tinggal di sebuah petak dengan segala penderitaan dan hal yang berat. Ya Allah ijin kami memperoleh rejeki yang halal dan diberikan limpahan rahmat berupa kesehatan dan kesejahteraan. Berikan kami Kekuatan untuk menghadapi semua ini. Aamiiiin.