Kamis, 08 Maret 2018

Sebuah Kegilaan di Negeri yang Asing

Aku adalah lelaki Gila, entah sampai kapan kegilaan ku ini berhenti (mungkin ketika ajalku tiba). Ada wanita yang ingin kutemui tapi aku selalu takut menemuinya. Dia sekarang Janda memiliki 1 anak dari mendiang suaminya. Seolah berita ini yang menjadi kegilaan di kepalaku.

Yah, emang benar sebuah kebenaran selalu muncul dari hati. Wanita itu selalu saja hidup dalam cita-citaku, hampir setiap waktu sejak aku kecil, aku yang miskin, dekil, tidak punya masa depan(kata tetangga sebelahku), g mungkin sekolah tinggi, g mungkin lulus sarjana, master dan bahkan doctoral (it's impossible they said), harus terkapar di negeri antah berantah untuk berjuang mendapatkan gelar Doktor dengan beasiswa dari luar negeri yang susah payah didapatkan sampai berendam dengan keringat, air mata dan darah. Bagiku ini sebuah kegilaan....yang luar biasa dan puncaknya AKU adalah Penakut yang Gila menelanjangi bulat-bulat mimpi yang tak mungkin kata mereka, dan mengalahkan satu orang yang cukup terkenal di dunia kecilku dulu. Ya Dia itulah Wanita yang bergelar Janda dan bekerja di sebuah instansi ternama di negaraku lulusan S2 Master dari Brussel dengan beasiswa dari negaraku sendiri.

Kenapa? Aku tidak mengerti buatku jalanku ini adalah jalan terjal yang diciptakan oleh Ayahku yang selalu mengadukan kepalaku dengan kepala wanita janda ini. Dia begitu kaya dan berkecukupan, Apa kata Ayahku "Budhal lho sekolah le, kalahna cah wedok kuwi, mosok kalah karo cah wedok", sambil berangkat sekolah ku pegang perutku erat-erat tanpa sarapan pagi aku harus bisa mengalahkan wanita janda itu.

Apakah Aku Gila ataukah aku Sedang Sial?, yah, ini perjalanan paling Gila yang harus ku lewati, menjadi harapan satu-satunya keluarga yang harus memikul beranda dengan orang-orang yang malas berpikir dan belajar, bahkan ayahku sendiri tak pernah mikirin bagaimana cell, DNA atau mRNA itu bergulir didalam tubuhnya. Justru yang ku ingat ketika perpisahan, waktu aku pamit (anaknya berharap doa dan keselamatan), ayahku justru bilang kalau pacarnya dulu minta dinikahi (Ya ALLAH!!!! apa-apaan ini) kata Ayahku "Loh iku no wis Padamu"...hadeuh orang tua yang benar-benar Gila Yang ketika aku kecil selalu bilang "Sekolaha le mben awakmu pinter, sugih isa milih wong wadon sing kok karepne". Demi memenuhi kebutuhan dan mencapai prestasi, anakmu ini abis-abisan untuk belajar bahkan menjadikan hal yang dulu dikatakan tidak mungkin menjadi mungkin.

Kenyataannya? aku bersimbah darah disini tak ada yang tahu dan hanya rasa sakit yang luar biasa ku diamkan membisu, Gilanya aku tetap bertahan Karena Wanita yang melahirkanku, Wanita Janda ini,  Wanita yang ku Cinta dan Pernah mencintaiku dengan tulus (melewati hidupku begitu saja), dan Wanita yang menjadi Pendamping hidupku dan mencintaiku dengan sepenuh hatinya.

Aku tak bisa mewujudkan bagian terakhir dari keinginanku, bertemu wanita janda ini dengan meneggakkan kepalaku, toh hanya bersembunyi, mencari rekam jejaknya bila ada yang tertinggal, dan memekikkan kata aku yang kalah, miskin, jelek, dekil dan yang selalu kau hina dulu bisa melampaui batasan yang tercipta manakala aku masih kecil dan bermain denganmu. Tapi akulah lelaki gila yang memikirkanmu untuk selalu mengalahkanmu wahai Wanita Janda yang Hebat....semoga kau dan anakmu selalu sehat. Dan Semoga untuk terakhir kali Allah menyempatkan kita bertemu sebagai rekan, teman sejawat yang sejajar saling membantu, bukan seperti kecil kita dulu yang dirimu selalu berada di atasku dan menindihkan perihnya jeritan hatiku.

Good Luck....semoga kita masih bisa bertemu Dian....

Tidak ada komentar: